08 Januari 2013
DO’AKAN AYAH DAN IBUMU
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jasa orang tua terhadap anaknya tidak terbalas, karena terlalu besar dan tak terukur. Sayang hanya sedikit diantara kita yang menyadarinya. Bahkan untuk mendo’akan saja sering seorang anak melupakannya atau terasa berat. Padahal tidak demikian dengan orang tua yang tidak pernah berhenti untuk mendo’akan anak-anaknya.
Seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW, mengadukan bahwa ayahnya telah mencuri hartanya. Rasulullah kemudian bertanya : ”Pergilah dan datanglah kemari bersama ayahmu!”. Ketika lelaki tadi pergi Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah SAW dan berkata : ”Wahai Muhammad, Tuhanmu mengucapkan salam kepadamu dan berfirman : ”Jika orang tua anak tersebut tiba, maka tanyakanlah apa yang telah dia ucapkan dalam hatinya yang tidak terdengar oleh kedua telinganya”. Setelah berkata demikian, Malaikat Jibril pergi.
Tidak lama kemudian, lelaki tadi datang bersama ayahnya. Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada ayah lelaki tadi, katanya : ”Mengapa anakmu mengadu bahwa engkau telah mencuri hartanya?”. ”Ya Rasulullah , tanyakanlah kepadanya, harta itu aku dermakan kepada siapa, kepada salah seorang bibinya atau untuk diriku sendiri?” jawab lelaki tadi. Kemudian Rasulullah SAW bertanya seperti yang telah diajarkan oleh Malaikat Jibril sebelumnya : ”Ceritakanlah kepadaku apa yang kau ucapkan dalam hatimu yang tidak didengar oleh kedua telingamu?”. Jawab ayah lelaki tadi : ”Demi Allah, wahai Rasul, Allah selalu membuat kami semakin yakin kepadamu. Aku memang telah mengucapkan sesuatu dalam hatiku yang tidak didengar oleh kedua telingaku ”. Jawab Rasulullah SAW : ”Sampaikanlah, aku akan mendengarkannya”. Kemudian ayah lelaki tadi membacakan syair yang bagus yang ditujukan kepada anak kesayangannya, buah hatinya sebagai berikut :
Saat engkau kecil, aku memberimu makan
Ketika engkau dewasa, aku selalu menjagamu
Engkaupun minum dari hasil jerih payahku
Jika dimalam hari engkau sakit, sepanjang malam aku tidak tidur, karena memikirkan penderitaanmu
Hingga tubuhku sempoyongan menahan kantuk
Saat itu seakan-akan akulah yang sakit, bukan dirimu
Bahkan air mataku berlinang karena khawatir kau akan mati meninggalkanku
Padahal aku tahu bahwa ajal telah ditentukan dan hanya akan tiba pada waktunya
Tetapi, mengapa ketika engkau mencapai usia yang matang, dimana saat itu kuharapkan dirimu
Justru kaubalas aku dengan kekejaman dan ucapan kasar
Seakan-akan selama ini kaulah yang berbuat baik dan berderma
Andai engkau tidak dapat menganggapku sebagai ayah
Perlakukanlah aku sebagai tetangga yang hidup berdampingan denganmu
Kemudian kau santuni aku dengan harta yang bukan milikmu dan kau tidak kikir terhadapku
Mendengar syair yang diucapkan ayah lelaki tadi, tidak terasa Rasulullah SAW pun meneteskan air mata dan berkata kepada anak tersebut : ”Sesungguhnya dirimu dan hartamu adalah milik ayahmu”. Lelaki itu tertunduk lesu dan merasa malu. Ia menyadari betapa besar curahan kasih sayang orang tuanya kepada dirinya.
Kisah tersebut baru sepercik dari kasih sayang seorang ayah.
Lalu bagaimana kasih sayang seorang ibu? Sungguh, kasih sayang seorang ibu sangat tidak terbatas, ia memberi tak harap kembali, bagaikan sang surya menyinari dunia.
Maka ketika ditanyakan kepada Rasulullah tentang tingkat kebaktian seorang anak kepada orang tua, Rasulullah SAW menjawabnya : ”Kepada ibumu, kepada ibumu, kepada ibumu, kemudian kepada bapakmu ?”.
Alhamdulillah, kalau melihat kepada kehidupan sekarang ini, maka keadaannya jauh lebih baik dibandingkan dengan masa dulu, ketika ibu berjuang mengasuh kita. Ni’mat apa yang dapat dipersembahkan kepadanya, bakti apa yang dapat kita abdikan untuknya disaat-saat usianya telah lanjut ? Bukan dunia yang dia harapkan, bukan materi yang dia mau. Hanya do’a yang dia harapkan. Satu keinginannya, anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dikutip dari : Ada Apa Dengan ”Wanita” oleh Ustadz Jefri Al Bukhori. .....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar